Belum lama ini saya tidak sengaja nonton sebuah film dengan judul Limitless, film science fiction yang menceritakan tentang sebuah obat dalam hayalan yang namanya sangat panjang yaitu “thallanitzirconio-methyl-tetrahydro-triazatriphenylene”, disingkat NZT dengan nickname “The Clear Pill”. Konon orang biasa seperti kita-kita hanya mampu mengakses 20% dari brain power kita – tetapi dengan obat tersebut orang bisa mengakses 100% brain power-nya sehingga menjadi cerdas luar biasa. Saya langsung yakin bahwa ‘obat’ semacam ini sesungguhnya memang ada dan tersedia untuk kita, tetapi namanya bukan NZT – namanya Al-Qur’an. Lho kok bisa ?.
Saya pelototi film tersebut untuk menangkap sisi visualisasi ilmiahnya bagaimana orang bisa cerdas. Orang menjadi sangat cerdas menurt film tersebut bila seluruh informasi yang diserap otaknya tertata rapi dan bisa di akses kapan saja, bisa dirangkai sedemikian rupa sehingga mampu untuk memecahkan segala macam persoalan yang dihadapinya kapan saja.
Orang yang tidak cerdas sebenarnya juga bisa menangkap informasi yang sama, tetapi file-nya kacau – tidak jelas letak informasi tersebut sehingga tidak muncul ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Mayoritas orang seperti ini, pernah belajar ini itu tetapi lupa. Di otaknya ada segudang informasi tetapi seperti jarum dalam tumpukan jerami, ketika dibutuhkan setengah mati mencarinya.
Lantas mengapa saya yakin ‘obat’ yang bisa mengoptimalkan otak sampai 100% tersebut ada ?. Pertama ini atas prasangka baik sama Sang Pencipta otak itu, bahwa Dia menciptakan otak kita seperti yang ada kini, pasti bermanfaat 100%. Kadang kita dibuat lupa ini itu – inipun demi kebaikan kita juga, bayangkan kalau kita tidak pernah lupa – berbagai perasaan sedih, kecewa yang secara fitrah pasti pernah kita alami akan terus menghantui hidup kita.
Kedua karena Allah sendiri yang memberi tahu kita bahwa para penghafal Al-Qur’an adalah orang-orang yang berilmu : “Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu...” (QS 29 : 49), kemudian RasulNya menambahkan bahwa para penghafal Al-Qur’an tersebut tidak akan berbuat kebodohan: “Barangsiapa yang membaca (hafal) Quran, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian hanya saja tidak diwahyukan kepadanya. Tidak pantas bagi hafidzh Quran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan (selektif dalam bergaul) sementara dalam dirinya terdapat firman Allah.” (HR. Hakim)
Ketiga saya melihat bukti nyatanya dari orang-orang yang saya kenal, mereka adalah para penghafal Al-Qur’an baik laki-laki maupun perempuan. Di antara mereka ini, banyak yang hafal diluar kepala dimana letak persis suatu ayat atau bahkan kata di dalam Al-Quran, halaman berapa – baris keberapa, kalimatnya apa, kata sebelum dan sesudahnya apa, dst.
Padahal yang mereka hafal ini bukan kata sembarang kata, tetapi firman-firmanNya yang mengandung petunjuk dan kunci bagi seluruh urusan kehidupan kita. Bayangkan kalau Anda hafal diluar kepala seluruh buku yang ada di perpustakaan – Anda hafal seluruh Handbook on Everything, seluruh manual tentang ‘mesin-mesin’ kehidupan – pastilah Anda adalah orang yang luar biasa cerdas.
Kemudian barangkali timbul pertanyaan di benak kita, kok kita belum banyak melihat karya nyata yang luar biasa dari para penghafal Al-Qur’an tersebut di jaman ini ?. Disinilah tantangannya !. Berinteraksi dengan Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan membaca atau bahkan menghafalkannya, tetapi juga harus memahaminya, mengamalkannya dan juga mengajarkannya.
Setelah para penghafal Al-qur’an tersebut meningkat dengan pemahaman dan pengamalannya, insyaAllah solusi-solusi cerdas untuk seluruh urusan kehidupan ini akan bisa kita harapkan datang dari mereka.
By Muhaimin Iqbal
By Muhaimin Iqbal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar