Islam hadir dengan karakter ekslusif yang kental untuk urusan keyakinan, tidak ada toleransi pada domain ini – hitam dan putih – dan “menuntut” loyalitas total dari hambanya.
Ciri khas tersebut tergambar jelas pada kalimat La Ilaha Illallah. Dimulai dengan “menafikan” sesuatu, kemudian menerima yang lainnya. “Laa Ilaha = Tiada tuhan = menafikan, kemudian Illallah = Selain Allah”. Jika seorang memutuskan memeluk Islam, ia harus menafikan segala sesuatu yang akan “mencederai” keimanannya, kemudian mengakui sepenuhnya Allah sebagai Tuhannya!
Sikap umat Islam yang berpegang teguh dengan keyakinannya, sering menuai banyak cemooh sebagai kaum yang “tidak toleran, kaku, tidak moderen, kolot dan seterusnya”. Boleh saja, silahkan toh itu pendapat sendiri. Namun, jika anda seorang yang punya prinsip, anda akan mengerti.
Ada dua gelombang pemikiran besar yang sering berhadapan dimasa kini, “pemikiran Islam” vs “pemikiran modern (liberal, barat dan sebagainya)”. Islam sering di evaluasi dengan norma modern, hasilnya sebagian penilai sering menemukan ketidak-cocokan diantara keduanya. Dimata mereka Islam hadir dengan wajah manusia purba yang lebih pantas hidup di era 500M – bukan masa sekarang – kecuali jika mau kembali kejaman doeloe.
Sikap tunduk patuh seorang Muslim kepada Rabbnya, merupakan satu dari sekian ajaran Islam yang membuat gerah manusia “modern”. Padahal, sekali lagi, sebenar-benarnya iman adalah iman yang total, bukan setengah-setengah apalagi coba-coba. Oleh karenanya, sekali mengucap dua kalimat Sahadah, tidak ada celah sedikitpun diberikan untuk kembali kafir. Kenapa? Simpel saja, agar manusia tidak seenaknya keluar-masuk & gonta-ganti agama. Di mata Islam, keyakinan merupakan hal sangat penting. Jika, diagama lain tidak masalah, di agama Islam merupakan kasus sangat besar.
Islam mengenal kebebasan memeluk agama (al-Baqarah [2] ayat 256. Mungkin hanya Islam satu-satunya yang memiliki bukti itu), NAMUN ia tidak mengenal kebebasan keluar-masuk dan gonta-ganti agama. Jika anda tipe manusia yang siang kepingin beriman, sore kepingin kembali kafir, malam beriman lagi, esok pagi ingin kafir lagi…maka berfikir 1 juta kali untuk masuk Islam, karena ini bukan AJARAN COBA-COBA!
Sinkretisme, pluralisme, liberalisme dan “campur sari” tidak dikenal dalam agama Islam. Usaha menyatukan aliran-aliran tersebut dengan Islam akan langsung menemui kegagalan, cukup dihadapkan dengan arti dari nama Islam sendiri, yakni TUNDUK DAN PATUH. Lalu mungkinkah sebuah aliran yang mengamarkan umatnya untuk tunduk pula patuh dicampur dengan aliran lain?
Dahulu beberapa orang memberi julukan “asbak” bagi yang “merokok merk apapun”. Julukan yang tidak enak, artinya si dia dikasih rokok apa saja masuk, merk rokok A, B dan C dihisap. Jika seorang mengaku Muslim, namun juga percaya hal-hal yang tidak di ajarkan, bahkan dilarang Islam, maka ia tidak ubahnya seperti ASBAK.
Thanks but no thanks, Isyahadu Bi Anaa Muslimin! Maka saksikanlah bahwa saya adalah seorang Muslim bukan ASBAK!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar